PENULIS: Hindun Niyatus Sa’adah*
HINDUN56@GMAIL.COM
Sakit merupakan kondisi yang tidak enak, tidak ada manusia yang menginginkan dirinya tersakiti, baik manusia dengan predikat golongan ekonomi menengah kebawah atau manusia dengan ekonomi menengah keatas, sekalipun ia mampu membiayai sakitnya itu. Idelanya, apabila mengalami sakit segeralah pergi ke klinik untuk menemui dokter. Namun, Sebagai orang desa dengan predikat ekonomi menengah kebawah, datang ke klinik untuk berobat merupakan kondisi yang sangat mewah. Ya, teman-teman tidak salah dengar. Pergi ke klinik untuk periksa ketika sedang sakit merupakan hal yang sangat mewah bagi sebagian orang. Maklum, bila terjadi sakit yang sekiranya tidak terlalu parah dan tidak menghawatirkan, cukup beristirahat saja di rumah, jika dirasa istirahat tidak bisa mengubah kondisi, kami mengambil jalan untuk membeli obat di warung yang harganya cukup terjangkau bagi kami masyakarat dengan ekonomi kebawah.
klinik yang jauh dari tempat tinggal menjadikan periksa ke Dokter bukan menjadi pilihan yang tepat, perhitungan waktu, biaya, dan transportasi yang harus digunakan menanmbah kemantapan hati untuk tetap mengurungkan diri tidak pergi ke Dokter. Segala jenis sakit yang dengan mudah menyerang semua manusia tanpa menunggu musim seperti demam, diare, flu batuk, pilek, pusing, termasuk sakit gigi hanya perlu diatase dengan istirahat dan tidur.
Saat sakit gigi, alih-alih memeriksakan diri ke dokter gigi, tentu saja hal tersebut tidak pernah terbayang pada kami, saya ingat sekali saat kakek saya sakit gigi, sepanjang hidupnya hingga sekarang, berpuluh-puluh tahun saat kakek sakit gigi, tidak pernah ia memeriksakan giginya ke dokter. Jalan yang diambil saat kakek sakit gigi adalah cukup dengan membiarkannya saja, kadangkala menempel pipinya dengan ‘koyo cabai’ yang rasanya panas sekali, bisa anda bayangkan betapa panas dan merah wajahnya kakek, koyo cabai ditempel di pipi padahal yang sakit adalah gigi. Yang lebih ironi adalah dengan keadaan yang seperti itu, kakek tetap bekerja seperti biasa, seolah-olah sehat dan sakitnya tidak berbahaya. Sakit yang tidak terlihat ini menjadikan sakit gigi adalah penyakit yang wajar dan tidak perlu tindakan khusus, hanya perlu menunggu waktu sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Ditambah dengan doktrin ‘ya kalo gak sakit, kenapa harus datang ke dokter, ya kalo gak darurat kenapa harus diperiksa, semakin tua semakin gigi kita rusak seperti dengan angota tubuh yang lain, sudah biarkan saja’ hal tersebut yang menjadikan kesehatan gigi dan mulut bukan hal prioritas dan penting, selama badan masih sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa tidak perlu adanya tindakan khusus.
The Global Burden of Disease Study menjelaskan bahwa kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Penyakit pada gusi (periodontal) menjadi urutan ke 11 penyakit yang paling banyak terjadi di dunia. Sementara di Asia Pasik, kanker mulut menjadi urutan ke 3 jenis kanker yang paling banyak diderita. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut masih rendah. Tidak hanya dikalangan menengah bawah tetapi menengah atas juga. Perlu adanya edukasi khusus mengenai masalah yang serius ini.
Sepemahaman saya, edukasi ataupun promosi kesehatan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut tidak terlalu aktif seperti halnya edukasi cara mencuci tangan yang benar, etika batuk, edukasi penyakit gula darah, diabetes, DBD, atau promosi gizi seimbang. Penggunaan alat peraga yang cukup komplit barangkali menjadikan faktor mengapa edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut menjadi susah untuk dilakukan, atau menganggap sepele masalah kesehatan gigi dan mulut karena merupakan penyakit yang tidak terlihat menjadikan edukasi ini tidak perlu dilakukan secara massif? Atau memang tidak pernah/jarang adanya keluhan dari masyarakat saat mengalami penyakit di gigi dan mulut yang menjadikan seolah-olah tidak adanya masalah mengani kesehatan gigi dan mulut? Masih menjadi pertanyaan. Yang jelas, kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut ini merupakan sesuatu yang penting yang masih perlu dilakukan sampai kapanpun.
Dampak tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut
Seperti halnya ketika kita tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita, lingkungan akan terlihat kotor, tidak enak dipandang, menjadi rusak, menimbulkan berbagai penyakit, dll. Begitu juga ketika kita tidak membersihkan gigi dan mulut. Dampak yang dapat ditimbulkan apabila kita tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah sakit gigi, gusi berdarah, gigi berlubang, bau mulut, gigi goyang, gigi senstif, gigi kuning hingga mudah munculnya karang gigi.
Satu dari dampak diatas tentu saja pernah dialami diantara kita, betapa tidak enaknya saat kita atau teman atau saudara kita mengalami salah satu saja dari dampak diatas. Sakit gigi yang dibiarkan berkepanjangan atau tidak diobati dapat menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebar ke anggota tubuh lainnya, di mana hal ini dapat membahayakan keselamatan dan informasi itu yang tidak diketahui oleh banyak orang. dengan begitu pentingnya edukasi dan promosi yang aktif dari stakeholder.
Pentingnya menjaga Kesehatan gigi dan mulut
Menjaga kebersihan merupakan kewajiban bagi kita semua. Tuhan memberikan kepada kita kesehatan yang utuh tentu perlu kita jaga dengan baik, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Jika kita memeluk agama islam, barangkali tidak asing ditelinga kita : “Keberihan adalah sebagian dari iman”, tentu saja kebersihan yang dimaksud tidak terbatas pada kebersihan lingkungan, atau kebersihan area yang terlihat saja, seperti kebersihan badan dan lingkungan tempat tinggal, tetapi termasuk kebersihan diarea yang tidak terlihat seperti gigi dan mulut. Yang mana kebersihan itu mendekatkan dengan kesehatan dan menjauhkan dari penyakit.
Pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu hal yang penting, karena hal tersebut berkaitan erat dengan kesehatan tubuh kita yang lain. Keadaan mulut dan gigi yang tidak terawat akan menimbulkan banyak masalah serta rasa tidak nyaman.
Sepanjang hidup saya, sebagai golongan ekonomi menengah ke bawah, terhitung dua kali saya periksa gigi, anggapan bahwa gigi saya baik-baik saja karena selama ini tidak pernah ada masalah atau sakit tertentu ternyata salah besar. Pergi ke dokter gigi tidak perlu menunggu terjadi sesuatu yang genting atau mengalami sakit gigi terlebih dahulu. Kenyataanya, kesadaran memeriksa dan memelihara gigi masih sangat rendah, rata-rata mereka datang ke dokter gigi dalam kondisi gigi sudah bermasalah, seperti gigi berlubang dan gusi bengkak. Padahal bila kontrolnya dalam keadaan sudah bermasalah sebenarnya sudah agak terlambat, sebaiknya kontrol dalam keadaan gigi masih bagus.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, baik dilakukan dengan melibatkan dokter gigi seperti: 1. Cek gigi secara rutin memungkinkan pendeteksian masalah gigi dan gusi dalam tahap awal. Artinya, jika terindikasi – misalnya – gigi muncul lubang kecil, dokter gigi bisa segera melakukan penambalan agar gigi tidak sampai keropos. Penanganan dini justru akan menghemat biaya pengobatan dibanding pada saat kondisi gigi sudah parah. 2. Pemeriksaan rutin ke dokter gigi juga berfungsi sebagai deteksi dini untuk mengamati kemungkinan munculnya penyakit serius lain pada rongga mulut, termasuk kanker. Dokter gigi bisa memberikan saran pada pasien untuk menemui dokter spesialis lain jika diperlukan pemeriksaan lanjutan 3. Melatih diri untuk tidak trauma dengan penanganan masalah gigi. Saat ini teknologi dalam kedokteran gigi berkembang pesat. Salah satunya yaitu efek trauma yang dialami oleh pasien bisa dikurangi. Pasien tidak lagi merasakan rasa sakit berlebihan pada saat – misalnya – penanganan saluran akar gigi maupun perawatan gigi secara keseluruhan. Semua bisa dilakukan dengan nyaman.
Selain hal-hal besar diatas karena melibatkan dokter, aktivitas-aktivitas kecil yang bisa kita control dan lakukan sendiri di rumah untuk menjaga Kesehatan gigi dan mulut kita antara lain: Menyikat gigi 2 kali sehari, menggunakan obat kumur mulut, tidak melakuka aktivitas yang dapat merusak gigi (merokok, konsumsi makanan dan minuman manis, minum alcohol), dan tidak lupa untuk periksa gigi secara rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
*alumni siaptoefl1